Tuesday, February 19, 2013

You

Lakukan yang terbaik, lakukan yang terbaik..
Tetapkan hidupmu agar tetap bersemangat (on fire)..

Terus hidup dalam realitas yang masih terjadi..
Lakukan yang terbaik, lakukan yang terbaik Selama hari-hari yang terbatas..
Buatlah bunga mekar (sukses)..


         London.. tempat yang terasa begitu jauh dariku dan Sean. Sean, lagi-lagi nama itu. Sampai detik ini aku masih mengingatnya. Semua kenangan yang begitu singkat itu sama sekali tidak dapat kulupakan. Terkadang, aku mengingatnya melalui lamunan-lamunan kecil yang kulakukan tanpa bayangan. Ketika sedang berjalan dijalan yang begitu ramai, sendirian di mobil, ataupun kesibukan-kesibukan lainnya yang membuatku mengingatnya. Tidak ada yang special dari hubungan kami, semua begitu singkat terjadi. Mudah bertemu, juga mudah berpisah.
          3 tahun sudah aku menjalani kehidupan sebagai seorang penyanyi. Namaku Sena, gadis yang awalnya hanya tinggal di sebuah kota kecil, mencoba peruntungan di sebuah kota besar. Beruntung, aku bertemu seorang laki-laki yang kukenal ketika kecil. Ya walaupun tidak begitu mengenal tetapi dia mengenalku dengan baik. Bahkan bersedia untuk membantuku menjadi seorang penyanyi di manajemennya. Sekarang laki-laki itu ada di London, namanya Sean. Dia melakukan semua tugas manajemennya disana. Siapa yang menyangka ternyata Sean juga memiliki perusahaan rekaman disana. Rasanya aku sangat ingin menghampiri kesana. Tetapi, bukan menghampiri untuk rekaman disana. Aku sangat ingin bertemu dengannya. Sean..
          Hari ini aku sama sekali tidak bisa berhenti memikirkannya. Entah apa yang terjadi, firasatku begitu kuat. Khayalan yang begitu hebat pun bermunculan dibenakku. Sean datang memberi kejutan seperti terakhir kali dia memberikan kejutan itu. Walaupun kejutan yang membuatku benar-benar terkejut atas kepergiannya yang begitu jauh. Aku memulai rekaman hari ini dengan memikirkan Sean. Lagi-lagi Sean. Aku mencoba melakukan yang terbaik dalam pekerjaan ini. Sedikit berharap, Sean datang kembali memberikan semangat yang tak terhingga. Seperti saat itu.
         "Sena.. Sena.. Hei! Mengapa melamun?", kata salah seorang produser mengagetkan. "Hmm.. Maaf.. hehe", kataku sambil tertawa kecil. "Ayo kita mulai saja rekamannya, kau sudah berlatih bukan?", kata pak produser mengingatkan. "Sudah.. ayo mulai. Aku sudah tidak sabar", kataku dengan riang.

Lakukan yang terbaik, lakukan yang terbaik..
Bahkan menang atau kalah, bagiku adalah hal yang penting..
Lakukan yang terbaik, lakukan yang terbaik..
Benar, hidup bukanlah sesuatu yang dapat kaulakukan dengan berlebihan..

Karena ketika beberapa waktu kemudian kau melihat kembali..
“masa muda” hari ini,
tentu akan menjadi sebuah kenangan..


          Air mata mengalir begitu saja membasahi pipi. Tanpa aku sadari, aku menangis sambil tersenyum. Ini lagu pertama yang membuatku menangis. Aku sama sekali tidak pernah begitu emosional seperti ini. Apakah karena aku memikirkan Sean hari ini?
         Aku terus bertanya-tanya dalam hati. Pak produser pun terlihat sangat terkejut melihatku menangis. Aku merasakan ada sesuatu dalam lagu yang kunyanyikan ini. "Apa yang terjadi, Sena?", kata pak produser kebingungan. "Hmm.. tidak apa-apa. Siapa yang membuat lagu ini pak?", tanyaku. "Oh, lagu ini karangan salah satu produser dari manajemen ini. Tapi dia tidak berada disini. Dia berada di perusahaan kami yang di London. Dia ingin kau yang menyanyikan lagu ini setelah kami menawarkan sekian banyak penyanyi dalam manajemen", pak produser menjelaskan.
         Aku hanya dapat terdiam. London?, lagi-lagi hanya kata-kata itu yang dapat kuingat. Membuatku selalu teringat dengan Sean. Selesai rekaman, aku memutuskan untuk menenangkan diri sejenak. Aku meminta pak supir milik manajemen untuk mengantarkanku ke sebuah tempat favourite. Dalam perjalanan, aku menyempatkan diri untuk membeli bunga kesukaanku yaitu bunga lily. Mencium harumnya dapat membuatku tenang, walaupun hanya sejenak.
         Sebuah mercusuar yang memancarkan cahaya indah terbentang dihadapanku. Hanya disini, tempat favourite ku dikala merindukan Sean. Aku menemukannya tepat setelah satu tahun kepergian Sean ke London. Saat itu aku merasa sangat kesepian. Setiap hari aku bekerja. Hanya itu yang membuatku dapat bertahan sampai detik ini. Bernyanyi, menulis lagu, rekaman, berpindah dari satu panggung ke panggung lain. Menghibur begitu banyak penggemar bagiku sudah lebih dari cukup. Cukup mengobati kesepian yang kurasakan. Awalnya aku berpikir, menjadi penyanyi akan membuat hidupku lebih bahagia. Tetapi, setelah menjadi penyanyi yang aku rasakan tetaplah kesepian. Berbeda dengan saat Sean berada disisiku.
        Tanpa sadar aku menangis. Dengan bunga lily di tangan, aku hanya dapat melihat seluruh semesta dengan perasaan hampa. Aku mencoba untuk tersenyum, menyeka air mataku dan berdiri menatap dengan berani. Bukankah seharusnya aku bersyukur dengan apa yang kudapatkan sekarang?. Aku selalu merasa tidak puas. Jika saja Sean ada disini, dia pasti sudah memarahiku. Seperti setiap saat aku mengeluh saat menerima telpon darinya.
        "Kenapa menangis, Sena? Bukankah seharusnya kau merasa bahagia dengan semua kesuksesan yang kau dapat sekarang?". Aku terkejut sambil membalikkan badanku. Sean, itu Sean. Dia ada disampingku. Aku pasti berhalusinasi lagi. Aku kembali membalikan badanku seolah-olah Sean hanyalah khayalan. "Hei, kau mengacuhkan aku?", katanya sambil menarik tanganku. Aku merasakan pelukan Sean, kali ini nyata. Aku benar-benar merasakan hangat tubuh dan harum parfumnya. "Sean? Kau, bukan halusinasi?", kataku dengan terbata. "Hahaha.. tentu saja bukan. Kau merindukan aku bukan?", katanya sambil tersenyum. Aku hanya dapat terdiam. Tanpa sadar air mataku jatuh. Sean hanya tersenyum sambil kembali memelukku. "Menangislah sepuasmu, kau sudah menjadi anak kuat selama tiga tahun ini. Aku kembali".
       Sean membiarkan aku menangis semalaman. Kini, saatnya aku yang melihatnya bermain gitar sambil bernyanyi. Memang dia sangat pantas menjadi seorang produser. Suara dan permainan gitarnya sangat-sangat hebat. Dia menyanyikan lagu yang tidak asing ditelingaku. Lagu pertama yang dia berikan khusus untukku, disaat dia kembali. Membuatku semakin yakin aku mencintainya. Bahkan tidak berhenti, perhatiannya sama sekali tidak berhenti. Dari awal aku bertemu dengannya, sampai detik ini. Walaupun dia jauh, dia selalu memberikan kenangan-kenangan indah tentangnya. Lagu yang kunyanyikan hari ini distudio, bukti perhatian Sean untukku. Agar aku selalu bersemangat dan bersyukur dalam setiap langkah tersulit sekalipun. Dalam perasaan kesepian serumit apapun. Dia selalu berada disisiku, tanpa terlihat pandangan..

Lakukan yang terbaik, lakukan yang terbaik..
Tetapkan hidupmu agar tetap bersemangat (on fire)..
Terus hidup dalam realitas yang masih terjadi..
Lakukan yang terbaik, lakukan yang terbaik Selama hari-hari yang terbatas..

Buatlah bunga mekar.. Buatlah bunga mekar (sukses)..


Tema : Fight
Kata kunci : Mercusuar, cahaya, semangat, khayalan, semesta

For Project #MelodiHijauOranye @YUI17Melodies

Sunday, February 17, 2013

Sayonara~

Dengan sepatu karet, aku berjalan melawan arus..
Tanpa memikirkan apa yang telah kutinggalkan..


Lampu remang-remang kota mengiringi langkahku..
Telah kukatakan aku mencintaimu, tetapi aku tetap melakukan ini..


Air mataku seperti komidi putar..
Membuatku bingung, karena aku hanya anak kecil..

           
          Ini adalah lagu pertama yang kunyanyikan di saat debut pertamaku. Lagu yang kini benar-benar memiliki arti. Untuk seseorang yang mulai perlahan menjadi special untukku. Aku bertemu dengannya ketika kecil. Di sebuah pantai dikotaku. Dia setiap hari melihatku bernyanyi. Sampai pada akhir masa liburannya, dia datang menghampiriku hanya untuk bertanya namaku. "Namaku Sena, kamu?", kataku saat itu. "Aku akan memberitahukannya ketika kita berjumpa lagi, sampai jumpa", katanya, laki-laki yang penuh dengan misteri.
          Yap! Namaku Sena. Kini aku sudah benar-benar berhasil mencapai cita-citaku menjadi seorang penyanyi. Sebelumnya, aku sempat ditipu oleh seorang laki-laki paruh baya yang mengajakku rekaman pada saat aku masih tinggal di kotaku. Dia menawarkan untuk mengontrakku selama 1 tahun. Bahkan dengan hebatnya, laki-laki itu membawa kertas-kertas perjanjian yang sangat meyakinkan. Setelah aku sampai di kota besar yang ditujunya, laki-laki itu malah mengajakku tidur dengannya. Hal itu sangat-sangat mengerikan. Tetapi, setelah apa yang kualami di kotaku dulu, aku berhasil memukul laki-laki itu sekencang-kencangnya dan melarikan diri. Beruntung, aku membawa semua tabunganku dan pergi menjauh dari laki-laki itu. Entah apa yang terjadi, laki-laki itu berhasil menemukanku lagi dan berusaha membujukku. Aku mencoba untuk mendengarkannya sementara waktu. Lagi-lagi aku beruntung dapat bertemu dengan seorang laki-laki yang ternyata mengenaliku. Membuat aku berhenti untuk mendengarkan laki-laki paruh baya itu dan melarikan diri. Tetapi, aku begitu penasaran dengan laki-laki itu. Dia? Darimana dia mengenalku? Aku tidak pernah datang kekota ini.
          Siapa yang dapat menyangka, ternyata laki-laki itu seseorang yang aku kenal ketika kecil. Ya, laki-laki misterius yang tidak menyebutkan namanya ketika kami kecil. Dia memberikan kartu namanya diperjumpaan kami yang selanjutnya. Dia seorang produser music yang sudah menangani beberapa penyanyi berbakat. Dia memiliki sebuah perusahaan rekaman yang cukup terkenal di negara ini. Sebuah produser dari label besar mengajakku bergabung? Aku hanya dapat tercengang melihatnya. Sean, itulah namanya. Nama yang mirip denganku bukan? Mungkin kami berjodoh.

“Selamat tinggal” seperti komidi putar..
Cintaku padamu berputar-putar..
Seperti komidi putar..


Air mataku seperti komidi putar..
Kesedihanku tidak berhenti, karena aku hanya anak kecil..


         Sean, nama itu selalu terngiang disetiap lagu yang kunyanyikan. Laki-laki yang sangat baik hati selalu tiba-tiba membuat hari-hariku berwarna indah seperti pelangi. Menyelamatkanku dari kehidupan yang buruk. Kini debut pertamaku berhasil kulalui seolah berputar begitu cepat dan hebatnya, aku sama sekali tidak merasakan berdebar-debar. Sean terus mendukungku dengan senyumnya yang selalu mengembang setiap aku bernyanyi. Apa yang dikatakannya mampu membuatku bersemangat. Tetapi, semakin aku melihatnya semakin membuatku sesak. Ya, sesak. Aku rasa semakin hari aku semakin menyukainya. Bertemu dengannya di studio setiap hari. Dia selalu memantau dan menemaniku.
        "Sena.. Bisa bicara sebentar?, kata Sean menghampiri. "Iya, apa?", kataku. "Begini, malam ini apa kau bisa sedikit meluangkan waktumu?", katanya sambil tersenyum. "Iya.. hmmm.. ada apa?", kataku penasaran. "Kau akan melihatnya nanti. Pak supir akan mengantarkanmu nanti malam", katanya dengan senyum yang semakin membuat penasaran. Inilah sikap misterius yang selalu membuatku penasaran. Apakah Sean akan memberikanku kejutan?
        Aku begitu bersemangat menunggu malam ini. Apakah kejutan yang akan diberikan Sean?. Aku terus bertanya-tanya dalam hatiku. Tidak henti-hentinya aku berdiri didepan cermin hanya untuk memastikan penampilanku terlihat memukau. Aku pergi tepat pukul 19.00 dan diantar oleh supir pribadi Sean seperti yang dia perintahkan. Aku menuju kejalan yang cukup jauh dari pandanganku. Aku memang sama sekali tidak mengetahui wilayah kota ini, sampai detik ini. Rasanya sangat jauh dan memakan waktu yang cukup lama. Tepat pukul 19.45 aku tiba disana. Sebuah Perusahaan yang cukup besar, tidak! aku pikir kami ke restoran. Aku masuk kedalam untuk memastikan apa yang sebenarnya direncanakan Sean. Perlahan-lahan cahaya gemerlap mulai terlihat. Membuatku semakin penasaran dari mana asal cahaya itu. Aku menghampiri sebuah ruangan yang cukup besar, banyak lampu-lampu berbagai warna begitu indah, dan Sean duduk disana. Seorang diri. Aku hanya dapat terpana melihatnya begitu rapih dengan jas hitamnya.
       "Silahkan duduk, Sena", kata Sean sambil menggeser bangku untukku. Aku duduk dengan kondisi jemari yang mulai berkeringat dan bergetar. Entah apa yang terjadi aku merasa sangat berdebar-debar. Perasaan yang tidak pernah kurasakan bahkan ketika debut sekalipun. Perasaan yang berputar-putar. Berbagai rasa dan membuatku cukup tidak bisa berpikir jernih.
       "Kau.. begitu cantik mengenakan gaun itu.. Sena", kata Sean sambil tersenyum. "Terima.. kasih", kataku dengan terbata. "Apa yang ingin kau bicarakan?", kataku mengalihkan pembicaraan. "Hmm.. baiklah.. begini.. aku", Sean berbicara dengan terbata-bata. Sangat terlihat, ada sesuatu yang penting yang ingin dia bicarakan. "Aku.. harus pergi.. karena itu, saat ini aku memutuskan untuk membuat pesta perpisahan seperti ini. Aku akan kembali tahun depan. Semoga saat itu, kau sudah benar-benar sukses berada di managemenku", kata Sean menjelaskan. Aku hanya dapat terdiam. Tidak dapat mengatakan apapun, semua terasa hampa. Yang ada dipikiranku hanyalah "aku akan kehilangan dia dari pandanganku". Hanya itu..

“Selamat tinggal” adalah komidi putar..
Cintaku padamu berputar-putar..
Seperti komidi putar..



Aku terdiam di penyebrangan jalan..
Aku mencemaskanmu..
Tetapi ketakutanku mengalahkan kebaikanku..


       Sean pergi ke London. Membuka kembali perusahaan besarnya. Meninggalkan kenangan yang lagi-lagi hanya sekejab kudapatkan. Aku memang sudah berhasil mencapai debutku sebagai penyanyi, tetapi menyampaikan perasaanku padanya yang sama sekali belum kulakukan. Aku cemas, sangat cemas. Sean tidak akan kembali. Selalu hanya lewat lagu aku dapat mengungkapkan semuanya. Kekecewaan akan diriku sendiri dan perasaan ditinggalkan lagi-lagi menghantui. Entah aku harus menyerah dengan kepergian Sean kali ini atau menunggunya. Entahlah.. Saat ini yang ada dipikiranku hanya mengucapkan "selamat tinggal".

Tema : Merry-Go-Round
Kata Kunci : Pelangi, berputar, cermin, gaun, cahaya

For project #MelodiHijauOranye @YUI17Melodies 
 

Friday, February 8, 2013

Later

Aku selalu sendirian..

Hanya itu satu kalimat yang selalu aku katakan dalam hati. Setiap saat, aku hanya memiliki sedikit waktu untuk memiliki teman, kekasih, keluarga, dan Tuhan. Bukan tidak bersyukur, tetapi aku selalu membuat kesalahan. Kesalahan yang selalu membuat semua itu pergi.

Irma.. 21 tahun.. Pendiam..

Sejak kecil, aku hanya dapat diam. Terkurung dalam kamar yang kosong, mendengarkan lagu yang kusuka. Hanya menyanyi yang membuatku merasa lebih baik. Dan menulis.. Semua hanya dapat kutumpahkan lewat sebuah tulisan. Mungkin banyak orang yang berkata "Jangan membuat hidup berjalan seperti drama". Tetapi untuk sebagian orang itulah kenyataannya. Hidup selalu menemui banyak drama. Putuh asa, sakit, jatuh cinta, patah hati, dan hal-hal lainnya yang biasa terjadi. Termasuk kebahagiaan. Tetapi kali ini aku belum menemukan kebahagiaanku. Tahukah kalian betapa kesepiannya aku. Sering kali aku ingin pergi jauh. Tapi lagi-lagi hidup berjalan seperti drama. Banyak bermunculan masalah yang terkadang aku tidak tahu cara menyelesaikannya selain menyendiri, menenangkan diri, dan berdoa. Aku selalu ingin ada seseorang yang dapat mendengarkanku bercerita, tetapi tidak ada.

Life is simple, but doesn't mean easy..

Terkadang aku menjadi sangat ketakutan, aku takut menatap mata orang lain. Aku takut mereka merasa terganggu dengan kehadiranku. Aku selalu berusaha menjadi baik. Sangat baik. Aku memberikan apa yang bisa kuberikan tetapi semua tetap pergi. Aku sering menjadi sangat cuek dengan sekitarku, hanya untuk menjadikan diriku tidak banyak memikirkan tentang bagaimana mereka akan meninggalkanku kelak. Aku takut dengan laki-laki. Terkadang, mereka hanya menatapku dengan pandangan-pandangan mencibir atau dengan kata-kata kasar mereka, terkadang manis tetapi bermain dibelakangku. Aku tidak tahu apakah mereka benar-benar mencintaiku atau tidak. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan kehidupanku. Semuanya terasa semakin menakutkan sesuai dengan bertambahnya usiaku.

Mereka yang mencintaimu akan berada disampingmu, mereka akan menerimamu seperti apa adanya dirimu..

Kata-kata itu tidak pernah ada. Tidak pernah ada lagi dalam diriku. Tidak ada seorang pun yang mampu berada disamping kita dan menerima kita apa adanya. Mereka selalu melihat ada apanya kita dan seperti apa kita mampu untuk membuat mereka tertawa. Mereka tidak peduli bagaimana kita bersedih, mereka tidak peduli apakah kita terpaksa untuk tersenyum. Semuanya topeng, aku tidak pernah mengerti. Mereka menyuruhku untuk dewasa, karena usiaku? Apakah mereka tidak sadar apa yang mereka paksakan padaku sama sekali tidak dewasa. Aku berusaha untuk tidak memaksakan kehendakku, aku hanya bercerita apa yang kurasakan. Terkadang aku diam, tetapi itu juga menjadi masalah untuk mereka. Katanya "Tidak menyenangkan melihat wajahmu". Apakah pernah sedikit saja mereka duduk disampingku, memelukku, dan bertanya apa yang terjadi padaku??? Pernahkah???

Jangan pernah menjadikan hidupmu seperti drama, itu akan selalu terasa berat..

Kalian tahu apa soal hidupku? Setiap orang tidak memiliki kehidupan yang sama. Aku tidak dapat bercerita dengan orangtua ku dengan mudah. Karena aku takut membuat hidup mereka menjadi lebih berat. Aku harus menanggung semua bebanku sendiri. Itu yang kudapat sejak kecil. Walau kadang aku lelah, tapi aku tahu orangtua ku lebih lelah. Mereka berusaha menghidupi dan berjuang demi anak-anak mereka. Tahu apa kalian soal hidupku? Aku berdiri diatas kakiku sendiri. Diatas kakiku sendiri. Aku harus menjadi dewasa dengan cepat. Ditengah kondisi keluargaku yang cukup membuatku banyak bertekad "Aku harus bekerja, aku harus membuat orangtua ku bangga, aku harus mengeluarkan mereka dari kesulitan keuangan seperti ini". Tapi apa daya, sampai detik ini aku sama sekali tidak mendapatkan pekerjaan. Dari pekerjaan kecil yang sederhana sampai yang cukup baik sesuai dengan kuliahku. Entah apa yang Tuhan rencanakan untukku. Sekarang menjadi semakin sulit, diusiaku yang beranjak 22 tahun.

Jika kamu bahagia, aku bahagia..

Kata-kata yang selalu kutunggu dari laki-laki yang aku cintai. Tetapi tidak pernah kudapat. Inilah hidup, jika yang pernah benar-benar mencintai seseorang, perasaan tidak dicintai balik inilah yang terasa sangat menyakitkan. Sekarang, harus aku yang menyatakan kata-kata ini. Aku tekadkan dalam hatiku, aku harus bahagia melihat kebahagiaannya. Kalau aku tidak bahagia, aku tidak mencintainya setulus hatiku. Memang sekejab aku seperti kehilangan Tuhan. Ketika harus menomor satukan cintaku kepadanya dibanding dengan Tuhan. Tetapi aku yakin, Tuhan tidak tidur, Dia akan menolongku dan mendengarkan aku. Aku hanya dapat berdoa berikan yang terbaik, bukan untukku, tetapi untuknya. Berikan kebahagiaan yang sesungguhnya untuknya. Ini harapan pertamaku untuk orang lain selain orangtua dan saudara-saudaraku.

Tuhan akan mendengarkan, bukan dalam bahasa yang terbatas, ketika kita menulis, bahkan dalam hati, semua yang tertuju untuk Tuhan pasti akan dijawab.. 

Mungkin tidak sekarang, tetapi kelak..

Tuesday, February 5, 2013

Secret


Aku siap

Aku tidak takut apa-apa
Aku tidak tahu apa-apa
Aku mengambil langkah
dan berlari

Aku tidak ingin berakhir seperti ini
Jadi aku melakukannya


     Apa yang akan kau lakukan? Jika kau menjadi aku. Seorang anak yang sangat penakut dan selalu melihat kabut tebal dalam mimpi-mimpinya. Semua ini terjadi sejak ibuku meninggal, diusiaku yang genap berusia 15 tahun. Setiap saat aku selalu bermimpi hal-hal aneh yang membuatku hidup dalam ketakutan. Seperti teror yang terus menerus terjadi dan menyebabkan trauma tersendiri. Aku berusaha untuk tidak ketakutan lagi tahun ini. Diusiaku yang ke 17 tahun. Aku akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku. Pasti, Aku tidak takut apa-apa. Harus seperti itu caraku meyakinkan diri sejak aku menemukan fakta bahwa aku tidak tinggal seorang diri.

     Aku Ryan, tahun ini usiaku genap 17 tahun. Aku tinggal seorang diri, awalnya. Sejak ibuku meninggal, setiap hari aku bermimpi buruk. Semua mimpiku tentang ibu, tetapi berbagai hal aneh terjadi dimimpiku soal kematian ibu. Dari mulai kasus pembunuhan mengerikan yang terencana sempurna sampai kejadian-kejadian magis yang mengambil alih kematian ibu. Semuanya bermunculan secara rutin setiap hari dengan menakutkan. Sedangkan kenyataannya adalah ibu meninggal dikarenakan penyakit kanker yang sudah lama dideritanya.
     Suatu hari aku mengalami kejadian yang sangat aneh. Tepat diusiaku yang ke 17 ini. Aku mendengar suara-suara aneh dari kamar ibuku. Seperti suara memanggil yang terdengar seperti berbisik. Aku menghampiri arah suara-suara itu dan memasuki kamar ibuku. Semuanya masih sama seperti terakhir kali ibuku berada disini. Aku sama sekali tidak ingin memasuki kamar ini lagi dikarenakan kenangan yang sangat buruk ketika ibu meninggal. Aku mencari arah suara diikuti perasaan takut yang begitu besar. Sampailah aku pada sebuah cermin besar yang terletak disebelah lemari pakaian ibuku. Tiba-tiba suara itu menghilang, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya dapat terdiam, melihat bayanganku dicermin dan menyadari satu hal. "Bekas luka apa ini?", tanyaku dalam hati. Aku melihat bekas luka yang cukup nyata di sebelah kanan leherku. Mencoba merasakan dan menyadari bahwa luka itu cukup dalam dan besar. Tetapi apa yang terjadi? Aku segera meninggalkan kamar ibu dan tiba-tiba merasakan ketakutan yang teramat dalam. Aku tidak ingat dengan luka ini? Apa yang sebenarnya terjadi padaku?

-----+++++-----

     Hari ini, aku terbangun dengan mimpi yang serupa. Benar-benar serupa dengan mimpi biasa yang kualami jadi aku tidak begitu merasa ketakutan. Seperti biasanya, aku memulai hari-hariku dengan membuat sereal rasa coklat dan memakannya sambil menonton berita pagi ditelevisi. Tetapi pagi ini, aku kedatangan seorang tamu wanita paruh baya yang membuatku sangat curiga. Aku membukakan gerbang rumahku untuknya dan bertanya dengan lantang, "Ingin bertemu dengan siapa ya?". "Hmm.. Saya ingin bertemu dengan anda, Ryan", kata wanita itu sambil tersenyum. 
     Baru kali ini aku membiarkan orang lain masuk kedalam rumah. Biasanya aku tidak akan membukakan pintu untuk siapapun yang datang selain dokter terapiku. Aku begitu penasaran dengan wanita paruh baya ini. Dia membawa sebuah tas tangan cukup besar yang kelihatannya cukup mahal. "Apa maksud dan tujuan anda ingin menemui saya?", kataku setelah mempersilahkan wanita tersebut duduk. 
     "Sebelumnya perkenalkan nama saya Catherine Anne, saya adalah pengacara pribadi ibu anda, nyonya Maria Cessa. Saya datang hari ini untuk mengatakan kebenaran soal kematian ibu anda tepat diusia anda yang sudah beranjak 17 tahun sesuai permintaan dokter terapi anda". Aku terdiam dan hanya dapat menatap pandangan tajam wanita itu. Kini segala prasangka anehku beberapa hari ini terjawab sudah.

Aku ingin jawaban
Jadi aku mulai mengajukan pertanyaan
     Bagian lagu itu terus berputar-putar dipikiranku. Aku harus menanyakannya, pertanyaan yang selalu kutanyakan pada dokter terapiku tetapi tidak mendapatkan jawaban apapun. Aku berhenti untuk menanyakannya 2 tahun yang lalu dan memutuskan untuk berdiam diri. Lewat lagu itu, lagu YUI, penyanyi Jepang kesukaanku, aku dapat menahan keingintahuanku dan dapat bergerak maju melakukan semua kegiatan disekolahku tanpa terganggu oleh mimpi-mimpi buruk itu. Tetapi sekarang semua rasa penasaran dan ketakutan itu kembali datang dan menghantuiku, bersamaan dengan kedatangan wanita ini.
     "Ibumu meninggal karena dibunuh. Ini catatan tentang pembunuhannya", kata wanita itu sambil menyerahkan kertas-kertas yang dia keluarkan dari sebuah map besar. "Kami semua merahasiakan ini darimu karena saat itu kau mengalami trauma yang sangat besar. Kau sempat terkena goresan luka yang cukup dalam pada lehermu. Kau pun ikut terkena serangan dari orang yang membunuh ibumu. Dampak dari serangan hari itu, adalah hilangnya sebagian ingatanmu dan trauma yang kau alami setiap hari lewat mimpi-mimpi buruk tentang ibumu", kata wanita itu menjelaskan sambil memberikan satu lembar kertas lagi padaku.
     Aku membaca perlahan kertas yang diberikan wanita itu. Berisi catatan tentang penyakit saraf yang kualami beserta dengan penyebab-penyebabnya. "Seperti dapat kau lihat, kau mengalami gangguan pada saraf yang di sebut neuritis. Itu adalah gangguan pada saraf dikarenakan adanya peradangan, paparan bahan kimia beracun ataupun trauma fisik. Semuanya itu membuatmu membayangkan hal-hal yang berupa halusinasi pada mimpi-mimpimu. Ini adalah foto pelaku yang membunuh ibumu, apakah kau mengenalinya? Karena sampai detik ini, pelaku belum juga ditemukan", kata wanita itu sambil menyerahkan selembar foto. Aku terkejut melihat foto itu. Aku segera berlari ke lantai atas kamarku dan mengambil kamera dilaci sebelah tempat tidurku. "Sepertinya aku pernah melihat wajah ini", kataku dalam hati. Aku mencari disetiap foto yang ada dikameraku tetapi tidak kutemukan. Aku berusaha mengingat dimana aku melihat foto itu. "Kamar ibuku", aku baru mengingatnya setelah kemarin aku memasuki kamar itu. Aku segera berlari kekamar ibuku dan melihat laki-laki dalam foto itu disebuah foto dikamar ibu. Difoto itu terdapat wajah ibuku dan aku berfoto bersama laki-laki itu. Aku kembali ke ruang tamu untuk bertemu dengan wanita paruh baya itu, "Sepertinya.. Laki-laki ini ayahku".

-----+++++-----
     Wanita paruh baya itu berjanji padaku, akan mencari tahu apakah laki-laki itu benar-benar ayahku atau bukan. Sudah 3 hari sejak kepergian wanita itu. Aku sama sekali tidak sabar menunggunya. Dengan seluruh rasa penasaranku, aku memasuki kamar ibu. Aku berusaha mencari bukti-bukti soal kejadian hari itu. Mungkin saja ibuku menyimpan sesuatu. Aku mencari dari laci sebelah tempat tidur ibu. Aku tidak menemukan benda berharga disana. Hanya sebuah album foto yang sudah cukup usang. Disana aku akhirnya mengetahui bahwa laki-laki itu adalah ayahku. Terlihat dari foto-foto disana, terdapat fotoku ketika masih bayi didalamnya bersama laki-laki itu. Aku berusaha mencari bukti-bukti lainnya dikamar itu. Aku duduk dikasur ibu dan merebahkan kepalaku dibantal ibu seraya mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi. Aku merasakan ada sesuatu dibawah bantal ibu, aku mengangkat kepalaku dan memastikannya. Aku menemukan sebuah kamera yang serupa dengan yang ada dikamarku. Aku berusaha menyalakannya tetapi tidak berhasil. Aku segera memastikan apakah kamera itu rusak atau hanya kehabisan baterai. Ternyata hanya sekedar kehabisan baterai. Aku segera mengambil kamera yang ada dikamarku dan menukar baterainya dengan kamera dikamar ibu. Ketika kunyalakan, betapa terkejutnya aku. Ada sebuah foto yang berwarna merah seperti darah dan sebuah leher yang terpotong. Aku sangat ketakutan melihat foto itu dan mengganti foto dengan menekan tanda panah selanjutnya pada kamera. Aku terdiam, tanganku merinding, kamera itu pun terjatuh dari tanganku. 
    "Ting tong", suara bel rumahku pun berbunyi. Aku segera berlari meninggalkan kamera itu menuju pagar rumahku. Ternyata yang datang adalah wanita paruh baya itu. Aku tidak membiarkan wanita itu bicara dan segera menariknya menuju kamar ibuku. Kutunjukan foto dalam kamera itu dan wanita itu begitu terkejut. "Itu.. laki-laki yang kau cari sebagai pembunuh ibuku.. Dia.. sudah tiada", kataku dengan suara yang bergetar. Foto itu adalah foto laki-laki yang dicurigai sebagai ayahku, dengan leher yang terpotong, seperti adegan dalam film-film pembunuhan, tetapi siapa yang melakukan semua ini? Mengapa bukti foto itu ada dikamera ibuku?



Aku melintasi kota lewat jalan raya
Dan melihat cahaya
Cahaya itu membuat sedikit nyeri di dalam dadaku
dan menghilang
Jadi aku tidak bisa mengambil alih itu
Itulah yang kurasakan

     Aku dipindahkan sementara waktu, ke kota terdekat dari kotaku semula. Dengan maksud agar aku dapat melupakan sejenak kejadian hari itu dan pihak berwajib dapat melakukan penyidikan lebih lanjut dirumahku. Sudah 3 minggu sejak penyidikan dilakukan, mimpi buruk tetap saja menghantuiku. Kali ini mimpi yang sama terus mendatangiku. Mimpi kali ini terasa begitu nyata seperti aku berada disana. Aku melihat saat ayahku dibunuh. Ya laki-laki dalam foto itu memang ayahku. Dan Kejadian saat ayahku dikubur disebuah taman yang luas, seperti taman dibelakang rumahku. Aku terus ketakutan sejak mimpi itu.

     Hari ini wanita itu datang, wanita paruh baya yang memberikan banyak informasi padaku. Dia datang dengan wajah yang sangat tegang, seperti memberikan informasi buruk padaku. "hmm.. Ryan? Apakah kau baik-baik saja beberapa minggu ini? Apakah kau dapat mengingat sesuatu yang penting?", kata wanita itu dengan terburu-buru. "Hmm.. aku hanya bermimpi buruk seperti biasa, tetapi kali ini terasa nyata", kataku. Aku menceritakan semua  yang kualami di mimpi dengan perlahan. Wanita itu hanya terdiam dan memberikan sebuah kamera padaku. "Ini adalah foto-foto hasil investigasi kami di rumahmu. Dihalaman belakang rumahmu, seperti yang kau ceritakan tadi, ayahmu dikubur disana. Dan foto-foto yang kami temukan dikamera ibumu adalah foto-foto yang diambil pelakunya saat membunuh ayahmu. Menurut penyidikan pihak kepolisian ditemukan sidik jarimu dikamera itu. Bukan sidik jari yang baru ketika kau menemukan kamera itu tetapi sidik jari yang sudah lama dan ada noda darah yang melekat pada sidik jarimu ini. Lalu.. kami menemukan foto ini", kata wanita itu sambil menunjukkan sebuah foto padaku. "Ini.. aku!", kataku semakin terkejut. Disana, terlihat aku berfoto bersama jasad ayahku dengan kepala terpotong. Bahkan aku mengangkat kepalanya!
                  
Ryan ditangkap dan direhabilitasi atas kasus pembunuhan ayah dan ibunya. Ryan membunuh ayahnya dikarenakan gangguan kejiwaan yang dialaminya. Ryan memiliki kepribadian ganda dalam dirinya. Saat tertekan oleh masalah disekitarnya, dia akan berubah menjadi pribadi yang berbeda. Ryan membunuh ayahnya ketika Ryan melihat sang ayah sedang mabuk-mabukan dan memukul ibunya dengan brutal. Kamera yang ditemukan dikamar ibunya adalah kamera yang ditemukan ibunya sebagai bukti atas semua perbuatan Ryan diluar kesadarannya. Karena ketakutannya yang begitu besar setelah sang ibu memergoki foto-foto didalam kameranya, Ryan membunuh sang ibu. Tentu saja ketika kepribadian jahatnya kembali muncul. Setelah kejadian itu, Ryan kehilangan ingatannya dan gangguan kejiwaannya itu berlanjut didalam mimpi-mimpinya. Ketika perasaan bersalahnya jauh lebih besar atas terbunuhnya ayah dan ibunya. Ryan memutuskan untuk bunuh diri, didalam ruang rehabilitasinya, dengan gantung diri.


Tema : I do it
Kata Kunci : Kamera, kota, kabut, darah, teror

For project #MelodiHijauOranye @YUI17Melodies

Sunday, February 3, 2013

For Sena

Kau tersenyum dan menangis untukku,
Tindakan-tindakan itu menyentuh hatiku,
Dan menyembuhkan luka yang sakit


          Kata-kata yang akan selalu kuingat dan kudengar. Dari seorang anak kecil yang manis dan selalu melepaskan tawanya untuk getirnya kehidupan. Kisah ini bukan tentangku, tetapi tentang orang lain yang membuat hatiku tergerak untuk melihat senyumannya.
          Namanya Sena, seorang gadis kecil berambut pirang yang terlihat selalu bahagia. Tapi apa yang kudengar dari setiap lagu yang dia nyanyikan di taman setiap hari membuatku tertegun. Benarkah hidupnya sebahagia itu? ataukah sama seperti kami, yang merasakan awan gelap setiap harinya di kota terpencil ini. 
          Sena, aku bertemu dengan gadis ini ketika perjalanan menuju rumah nenekku disebuah perkampungan terpencil dipinggir kota S. Saat itu aku berusia 15 tahun, pergi kesana bersama ibuku. Sedangkan Sena berusia 10 tahun. Dihari kedua dirumah nenek, aku memutuskan untuk pergi jalan-jalan menyusuri pantai. Disana aku melihat Sena, duduk bersila diatas pasir pantai sambil memainkan gitar berwarna coklat muda. Saat itu, gitar itu terlihat lebih besar dari tubuhnya. Tetapi, Sena memainkannya dengan mahir. Dia bernyanyi, dengan suara yang sangat lembut menerpa derasnya suara ombak.  
         Setiap hari, aku datang ke pantai itu untuk bertemu dengan Sena. Tanpa terasa, liburanku pun segera berakhir. Aku tidak mau semuanya berakhir begini saja. Aku memutuskan untuk berkenalan dengan gadis itu dan menanyakan namanya agar dapat terus kuingat sekembaliku ke Kota.
         "Aku.. boleh tahu namamu?", tanyaku saat itu pada gadis itu.
         "Namaku Sena, kamu?", katanya dengan lembut.
         "Aku akan memberitahukannya ketika kita berjumpa lagi, sampai jumpa", kataku sambil berlari meninggalkan Sena. Itulah memori yang kuingat soal Sena dan kelembutannya. Sampai semuanya berubah, ketika Sena tidak menjadi gadis yang sama lagi.

Aku menjejakkan langkahku lagi dan lagi
Aku tidak pernah terlihat sampai di manapun
Aku mendengar kau berbisik padaku,
Dan menghangatkan hatiku


Kurasa jiwaku, membawaku ke jalanmu
Tidak, aku tidak akan kembali lagi
Aku akan menemukan jawaban dengan tanganku sendiri


Aku selalu menderita, tapi alasannya sederhana
Aku ingin tahu tujuan hidupku
Kau benar, semuanya benar
Kau benar, semuanya benar, anak lelaki kecil yang ketakutan


          Sena? Siapa itu Sena? Namaku bukan lagi Sena. Dan tidak akan pernah lagi menjadi Sena. Aku memutuskan untuk menghapus nama itu selamanya dari hidupku. Gadis yang polos dan lugu? Ohh tidak akan lagi menjadi seperti itu. Kini aku tahu apa yang akan aku lakukan untuk hidupku. Setelah semua kebohongan, pengkhianatan dan kemunafikan yang aku alami, tidak akan lagi.
         Aku Angel, nama itu kupilih untuk menyamarkan sifatku saat ini. Seolah-olah malaikat tetapi tidak akan ada yang dapat menebak seperti apa diriku. Sehari-hari aku menjadi seorang penyanyi jalanan di tengah taman luas dikotaku yang kecil. Aneh bukan? Ya beginilah kondisi kotaku, bahkan taman jauh lebih besar dari kota ini sendiri. Tahun ini aku memutuskan untuk meninggalkan kota terpencil ini dan menghapus semua memori kelam hidupku. Berubah menjadi seorang wanita yang berbeda. Tahun ini juga, diusiaku yang ke 22 tahun.

 -----+++++-----

          "Ohh, Sena sudah pindah.. Baru saja dua hari yang lalu dia pergi", kata salah seorang warga yang sedang menyusuri pinggir pantai itu. "Pindah kemana yaa?", tanyaku ingin tahu. "Wah kalau itu saya kurang tahu.. Tapi sepertinya Sena memang tidak memberikan informasi kepada siapapun soal kepindahannya". Aku pun hanya dapat termenung melihat ibu itu pergi meninggalkanku dengan informasi yang menggantung. Sena, satu-satunya orang yang ingin aku lihat saat itu. Apakah dia masih mengingat janji masa kecil kami? Sedikit pun aku tidak pernah melupakan Sena. Bahkan diusiaku yang ke 27 tahun ini, aku bermaksud untuk meminangnya. Dan membuat hidupnya jauh lebih baik, disisiku.
          Aku mencari Sena, keseluruh kota yang kecil ini. Tidak begitu sulit untuk menemukan dimana Sena tinggal dahulu karena seluruh kota mengenalnya. Di kota yang kecil ini, setiap warga pasti lebih mudah mengenal satu sama lain. Apalagi Sena terkenal selalu menyanyi dan memainkan gitarnya di tengah taman dan pantai kota ini. Tidak banyak informasi soal kepindahan Sena yang aku dapat. Hanya salah satu informasi yang membuatku cukup tercengang adalah kenyataan bahwa orangtua Sena sudah bercerai. Ketika Sena masih duduk dibangku SMU. Sena, apa yang sedang kau lakukan sekarang? Mengapa memutuskan untuk pergi meninggalkan kota ini?
          Aku memutuskan untuk kembali ke kota ku setelah mengetahui Sena tidak lagi berada di kota nya. Aku merasakan putus asa yang sangat kuat ketika mengetahui hal tersebut. Aku sama sekali tidak yakin lagi dimana aku dapat menemukan Sena. Semuanya terlihat buram, tidak nyata. Aku memutuskan untuk menghirup udara segar sejenak di taman depan apartemen ku. "Sena?", kataku dalam hati. Aku melihat sosok Sena sedang berjalan bersama seorang laki-laki paruh baya. Aku yakin itu Sena, tapi mengapa ia bersama laki-laki paruh baya. Aku pun tidak tinggal diam, aku segera mengejar Sena dan menarik tangannya.
          "Sena!", teriakku sembari menarik tangan kiri Sena. Sena terlihat terkejut. Dia terdiam dan berusaha melepaskan tangannya, "Maaf, anda salah orang". Aku melepaskan tangannya dan membiarkannya pergi, tetapi aku sama sekali tidak yakin dengan apa yang dikatakannya. Aku sangat yakin wanita yang kulihat tadi adalah Sena. Aku mengikuti wanita itu perlahan. Bersembunyi dibalik orang-orang yang berlalu-lalang dan berusaha menyamarkan langkahku. Tetapi sekejap saja aku kehilangan Sena, dia sudah menghilang dari pandanganku.
         "Apa yang sedang kau lakukan?", kata seorang wanita yang berdiri dibelakangku, mengagetkan. Aku melihat kebelakang asal suara itu dan tercengang. Sena, dia muncul dibelakangku. Menatapku dengan pandangan aneh dan kesal. "Siapa kau?", katanya dengan amarah yang terlihat jelas dari matanya. "Aku.. anak laki-laki yang berkenalan denganmu ketika kecil.. yang berjanji padamu akan memberitahukan namaku ketika kita berjumpa nanti.. di pantai dikota kecilmu? apa kau ingat?", kataku dengan terbata. "Mau apa kau kesini? bagaimana bisa kau mengetahui keberadaanku?", kata Sena masih dengan amarahnya. Entahlah apakah dia mengenaliku atau hanya sekedar ingin tahu alasan aku berada disini. "Aku.. tinggal di apartemen sebelah sana.. Aku mencarimu dikota kecil itu tetapi kau sudah pergi.. Karena itu aku kembali ketempatku", kataku berusaha menenangkan. "Oh begitu.. Baiklah.. Oh iya.. Soal identitasku.. Tolong rahasiakan yaa", Sena pergi setelah mengatakan hal itu. Tanpa jejak. Lagi-lagi dengan bodohnya aku hanya dapat termangu. 

Kurasa jiwaku, membawaku pada jalanmu
Ya, Aku mungkin harus berjuang,
Tapi aku masih bisa bertahan, bahkan dengan keadaan seperti ini

Kau mengatakan “Ini bukan suatu kebetulan”
“Ini bukan mimpi yang normal”
Nah, Kau benar, semuanya
Kau benar, semuanya benar


           Kali ini, aku benar-benar merasa bersyukur. Sekali lagi aku diberi kesempatan untuk mendengar Sena bernyanyi. Dia menghampiriku pagi ini di taman untuk memastikan bahwa rahasianya tetap aman. Entah hal berharga apa yang Sena rahasiakan dari semua orang. Termasuk aku.
          "Aku yang saat itu kau temui dengan aku yang sekarang sudah jauh berbeda.. Dulu, aku memang selalu tersenyum, anak kecil yang polos itu, tetapi sekarang aku tidak lagi sama.. Beberapa bulan setelah kau kembali kekotamu, aku mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan.. Ibu dan ayahku bercerai.. Mereka semakin sering bertengkar, mencaci dan memaki satu sama lain, dan berakhir dengan pemukulan.. Aku dan ibuku korbannya.. Ayahku stress berat karena kami tidak bisa lagi hidup makmur dikota kecil itu.. Aku tidak dapat melanjutkan sekolahku dikarenakan ayahku di berhentikan dari pekerjaannya.. Kantor tempat dia bekerja ditutup karena bangkrut.. Semuanya berubah dalam sekejab saja.. Setelah pemukulan itu ayah dan ibuku memutuskan untuk bercerai.. Aku pun ikut dengan ibu, tapi apa lagi yang bisa kuberikan untuk ibuku dengan uang seadanya hasil mengamen? Dengan kondisi aku yang sama sekali tidak bersekolah.. Cemoohan pun terus berdatangan, bukan padaku tapi pada ibuku.. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk pergi, kekota ini, agar aku dapat merubah kehidupan ibuku yang sudah terlanjur hancur.. Dan kehidupanku sendiri.. Karena itu aku minta kau rahasiakan semuanya.. Aku ingin menjadi seseorang yang berbeda, bukan Sena yang penakut lagi.. Mulai detik ini panggil aku Angel". Sena menjelaskan dengan sesingkat-singkatnya semua kejadian yang ia sejak saat itu. Aku hanya terdiam melihat ekspresi wajah Sena yang berubah drastis. Dia bukan lagi Sena yang dahulu aku kenal. Dia sangat berbeda. Sekarang yang ada dipikiranku adalah "apa yang Sena kerjakan disini, bersama laki-laki yang aku lihat tempo hari". Tetapi sedikit pun aku tidak bisa mengatakannya. Tapi hanya satu yang bisa kulakukan saat ini, membantunya, karena dia datang pada orang yang tepat.
          "Sena, ini..", kataku sembari memberikan selembar kartu nama kepadanya. "Apa ini?", tanyanya dengan keraguan. "Baca saja". Sena membaca tulisan demi tulisan pada kartu nama itu kemudian terdiam. Tatapan tak percaya tampak di wajahnya. "Apa kau mau bekerja sama dengan ku? Aku produser yang cukup terkenal dikota ini.. Sejak mendengarmu bernyanyi, aku berjanji pada diriku sendiri, kelak aku akan membawamu keluar dari kota kecil itu dan bernyanyi dikota yang besar ini, agar lebih banyak lagi orang yang dapat mendengar indahnya suaramu dan bakat yang kau miliki", kataku mencoba menjelaskan. Aku tidak bisa menjelaskan lebih banyak lagi tujuan yang paling inginku wujudkan. Yaitu aku sangat menyukai Sena, sejak saat itu. Itu akan kujelaskan nanti, sekarang aku bertekad akan membantu Sena keluar dari segala kemelutnya.
          Tiba-tiba saja Sena menangis. Tangisan yang tidak pernah kulihat sebelumnya dari wajah tegarnya. "Me.. mengapa menangis? apakah ada yang salah?", kataku dengan panik. "Tidak, aku tidak percaya dengan siapapun tetapi.. Kali ini aku mempercayaimu.. Benarkah ini?", tanyanya sambil menyeka air mata. "Iya, itu benar.. Tapi bolehkah aku dengarkan lagi lagu yang kau nyanyikan tadi? Itu ciptaanmu kan?", tanyaku sambil tersenyum. "Iya.. Baiklah akan ku nyanyikan lagi.. Lagu ini ku tulis beberapa hari sebelum aku sampai di tempat ini.. Aku berharap, aku dapat bertemu dengan orang yang aku tulis dilagu ini.. Yang dapat membuatku tersadar oleh banyak hal yang buruk dan kembali bangkit.. Aku rasa kali ini lagu ini kutujukan untukmu.. Laki-laki dimasa kecil". Kata-kata itu membuatku merasa Sena begitu dekat denganku. Aku merasa dia seperti seseorang yang ditakdirkan Tuhan untuk kuubah kehidupannya, dan juga untuk mengubah kehidupanku. Jalanku dan Sena memang masih sangat panjang, aku tahu itu. Tetapi segala ujian yang sudah dilewatinya, kini harus membuahkan sesuatu yang nyata. Dan aku yang akan mewujudkan semua itu untuknya. Itu janjiku, pada Sena..

Kurasa jiwaku, membawaku pada jalanmu
Ya, Aku mungkin harus berjuang,
Tapi aku masih bisa bertahan, bahkan dengan keadaan seperti ini

Kau mengatakan “Ini bukan suatu kebetulan”
“Ini bukan mimpi yang normal”
Nah, Kau benar, semuanya

 Kau benar, semuanya benar
Aku selalu menderita, tapi alasannya sederhana
 Aku ingin tahu inti dari kebahagiaan
 Kau benar, semuanya benar
 Kau benar, semuanya benar, anak lelaki kecil yang ketakutan


Tema : Feel My Soul
Kata Kunci : Hal berharga, anak kecil, ujian, taman, awan 

For Project #MelodiHijauOranye @YUI17Melodies

Thursday, January 31, 2013

Tomorrow's Way

Aku ingin menjalani hidup yang sesungguhnya
Aku hanya ingin menjalani hidup yang sesungguhnya
Seperti bocah saat itu


          Life, 4 huruf yang singkat dengan banyak makna terkandung didalamnya. Sering kali, kita hanyut dalam permainan hidup yang tidak jelas dimana kita akan berpijak. Hanya kenangan masa kecil lah yang dapat selalu menjadi moment terbaik. Dikala kita masih sangat polos menghadapi kenyataan. Semua seperti permainan masa kecil yang sederhana dan terlepas dari segala kemunafikan. Tanpa berpikir apa yang akan terjadi esok hari dan dimasa yang akan datang.
         Aku Mia, usiaku kini menginjak 25 tahun. Apa yang seharusnya orang-orang dapatkan diusia 25 tahun, sama sekali tidak terjadi dalam hidupku. Kepercayaan diri yang kumiliki sejak kecil hilang begitu saja bersama kehidupan menakutkan yang harus aku jalani. Aku merasa asing, ya asing. Hidup seorang diri di negara yang sama sekali tidak aku ketahui aslinya. Mungkin karena terlalu banyak kebohongan yang menghampiri, membuatku takut untuk berjalan bahkan diatas kakiku sendiri.


Kanaeru tame umarete kita no
Osanaki hibi ni egaita uchuu
I'm a baby nakitaku mo naru
Te ni ireru tame no
Itami nara so good


         Aku tertegun mendengar bait demi bait lagu itu dinyanyikan. Sebuah lagu berbahasa jepang yang dinyanyikan dengan lembut oleh seorang mahasiswi jurusan musik di Universitas terbaik di kota ini. Aku berdiri di sebuah taman besar tengah kota London. Ya disinilah aku sekarang. Menemani temanku yang memiliki banyak peluang dan bakat. Sedangkan aku, hanya dapat tertegun melihat semua kesuksesan yang diraihnya. Suara yang indah, wajah yang cantik, selalu tersenyum sepanjang waktu. Itulah ia, Rina, teman pertamaku ketika aku datang ke kota ini. Rina sangat menyukai YUI, salah satu penyanyi jepang yang menjadi idolanya sejak dulu. Aku bertemu dengan Rina di sebuah cafe tempat aku bekerja. Disana, Rina juga menjadi waitress. Siapa yang menyangka, Rina adalah salah satu mahasiswi jurusan musik. 
         "Mia! hush.. kok melamun sih??", kata Rina sembari duduk disebelahku. "Enggak kok Rin, aku cuman berpikir sejenak soal lagu yang kamu nyanyikan tadi itu loh, judulnya apa ya??", kataku berbohong, berusaha meyakinkan Rina bahwa aku baik-baik saja. "Oh itu, Tomorrow's Way.. itu semacam lagu perjuangan gitu deh buat aku.. hehe..", kata Rina sambil tertawa kecil. "Perjuangan? memangnya apa lagi yang harus di perjuangkan sementara menurutku kehidupanmu begitu mudah.. banyak hal yang dengan mudahnya dapat kau raih.. hmmm..", aku langsung menutup mulutku. Apa yang baru saja kukatakan, pikirku dalam hati. Aku melanjutkan berkata-kata dengan malu, "Maafkan aku, Rina". Rina hanya tersenyum, enggan melanjutkannya. Rina pun mengajakku untuk meninggalkan taman itu dan segera menuju ke kosan kami.
         "Apa kau sudah merasa lebih baik??", kata Rina sambil memberikan secangkir teh hijau kepadaku. "Hmm.. iya.. aku sudah merasa lebih baik", kataku sambil bertanya-tanya mengapa Rina menanyakan hal itu. Rina mengambil gitar akustik berwarna pink, salah satu koleksi kebanggaannya dan memulai untuk bernyanyi. Lagu yang dia nyanyikan adalah lagu Tomorrow's Way yang tadi dia katakan padaku. Aku tidak mengerti arti dari lagu yang Rina nyanyikan tetapi entah apa yang terjadi air mataku mulai terjatuh perlahan. Mungkin karena Rina menyanyikannya dengan suara yang sangat lembut. Jauh lebih lembut dibandingkan ketika dia bernyanyi di taman tadi.


Aku tidak ingin tersandung karena kata-kata seseorang
Aku tidak ingin disesatkan

Besok, juga, tentunya akan bersinar
Tidak masalah jika aku tidak bisa kembali ke masa kecilku
Aku takut pada jalan esok hidupku
Tapi aku berdiri di jalan di mana aku tidak bisa kembali

Aku dilahirkan untuk hidup sesuai
Dunia yang kubayangkan ketika kecil
Aku seorang bayi, aku ingin menangis
Penderitaan yang dibutuhkan untuk mendapatkannya
sangat nikmat


          "Itu adalah arti dari lagu yang aku nyanyikan tadi", kata Rina sembari memberikan buku harian kecil berwarna coklat kelabu. Rina melamun, seketika wajahnya menjadi sangat serius. "Aku, sedikit pun tidak merasakan kebahagiaan, tepat sebelum aku melihat ibuku menangis. Tahun lalu, aku memutuskan untuk hidup seorang diri di London. Berbekal beasiswa dan surat-surat singkat dari ibuku yang sangat tinggi hati. Benar, kau benar. Hidupku sangat sempurna, tetapi tidak sedikit pun aku merasakan kebahagiaan. Aku pergi kesini untuk lepas dari semua ini. Tapi, apa yang kudapat? Aku semakin merasakan kesepian yang teramat dalam. Aku begitu keras kepala, merasa diriku yang paling benar, dan selalu menyalahkan orang-orang disekitarku. Tepat 5 bulan yang lalu ibuku datang kesini. Membawakan sebuah gitar berwarna pink, warna kesukaanku. Memberikan ku nasehat yang tidak pernah sekali pun ia berikan. Seketika membuatku tersadar, ibu memperhatikanku dari hal terkecil sekalipun".

Hidup bukan untuk disesali, kita harus menerima keadaan yang terjadi walaupun itu yang terburuk sekali pun. Ibu tahu ibu terlihat begitu angkuh di matamu, tetapi semua itu bukti rasa syukur ibu. Ibu tidak pernah mengekangmu, ibu hanya ingin kamu belajar mandiri dari semua fasilitas yang sudah ibu dan ayah berikan. Jangan pernah merasa kesepian dan menutup diri dari segala kemungkinan yang ada. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari dan yang akan datang. Hiduplah dengan kuat.
 
          "Kata-kata itulah yang membuatku akhirnya serius menjalani kuliahku. Lagu itu adalah lagu yang selalu aku nyanyikan untuk diriku sendiri. Menyanyikan lagu itu membuatku teringat pada kata-kata ibuku. Itu membuatku berusaha untuk selalu berjuang dengan caraku sendiri. Aku berusaha untuk bersyukur dengan kehidupan yang aku jalani saat ini dan membuka peluangku sendiri", Kata Rina sambil tersenyum.
          Kali ini aku benar-benar tersadar, kita tidak dapat melihat seseorang itu berbahagia atau tidak hanya dari apa yang kita lihat dengan mata kita. Bersyukur, ya kata-kata itulah yang harus aku pegang mulai detik ini. Aku tidak boleh lagi melarikan diri dan bersikap seolah-olah aku adalah orang yang paling menderita, melewatkan setiap kebahagiaan yang sebenarnya menunggu untuk aku sadari keberadaannya. Rina, adalah sosok nyata dari kepedulian Tuhan kepadaku. Aku merasa asing berada di negara ini tanpa menyadari betapa beruntungnya aku dapat kesempatan bekerja disini dengan latar keluarga yang sampai detik ini, aku pun tidak tahu siapa orangtua ku.
          Aku Mia, dibesarkan di panti asuhan sederhana, kini mendapatkan kesempatan bekerja di London dan berhasil lulus di Universitas terbaik di Jakarta dengan beasiswa. Apakah itu tidak hebat? apalagi nikmat yang diberikannya yang tidak ku syukuri? Mengapa masih merasa kesepian dan tidak bahagia?. Bukankah ini arah yang hebat yang diberikan padaku dengan mempertemukanku dengan Rina? Arah yang indah bukan?


Tema : Tomorrow's Way
Kata Kunci : Esok, asing, masa kecil, perjuangan, takut

For Project #MelodiHijauOranye @YUI17Melodies

Tuesday, January 29, 2013

Your Smile in My Eyes

Aku selalu menunggumu
Meskipun aku tidak mengatakannya

Aku tertawa untuk menutupi ..

        Untuk menutupi .. Itulah yang aku lakukan akhir-akhir ini. Setiap detik terasa begitu hampa, kosong, kelam, sunyi. Perasaan yang aku miliki kini entah apa namanya. Sebagian orang menyebutnya cinta, sebagian lagi menyebutnya pelarian. Mungkin juga pelarian, itu yang selalu aku pikirkan. Semakin dipikirkan aku semakin tidak mengerti. Entahlah.
        Namaku Jasmine, usia... hmmm.. hampir 20 tahun. Setelah 1 tahun menganggur, akhirnya aku merasakan kebosanan yang teramat sangat. Aku memutuskan untuk kuliah tahun ini hanya sekedar untuk mengisi waktuku. Ya maklum saja, anak orang kaya sepertiku apa lagi sih yang harus dilakukan. Apapun yang ku minta pasti tersedia.
        "Jasmine! cepat siap-siapnya! ibu mau pergi arisan nihh!", teriak ibu.
        "Iya.. ini aku sudah siap kok bu", kataku dengan sinis.
        Seperti itulah aktivitas ibuku setiap pagi. Bersiap-siap untuk pergi entah kemana. Katanya sih arisan, tetapi pulang selalu tepat pukul 22.00 setiap harinya. Kecuali ketika ayah tidak bekerja. Bosan rasanya setiap hari mendengar ocehan ibu soal kuliahku. "Kamu itu kalau kuliah yang serius nak, biar tidak jadi seperti ibu, lihat saja kalau setiap hari ibu tidak pergi pasti ibu sudah mati bosan tinggal dirumah", bla bla bla bla.. dengan segala ocehannya yang panjang lebar. Memang benar apa yang ibuku katakan, tetapi sampai detik ini aku tidak tahu apa yang benar-benar ingin aku lakukan.
         Seperti biasa, sesampainya dikampus semua tetap terasa membosankan. Aku memiliki beberapa teman yang selalu dapat membuatku tertawa. Mereka cukup unik menurutku. Yang pertama Dina, dia salah satu temanku yang sangat biasa-biasa saja tetapi omongannya sangat luar biasa. Dina selalu melebih-lebihkan apa yang dia bicarakan, tetapi selalu membuatku tertawa karena aku tahu persis kalau dia berbohong. Yang kedua Erin, dia sangat jujur. Saking jujurnya, Erin selalu membuat lawan bicaranya marah dan tersinggung. Dia sangat blak-blakan, dari mulai pakaian dan cara berperilaku orang lain yang dirasa aneh baginya akan diutarakan. Yang ketiga, Ken. Nah kalau yang satu ini agak sulit dikatakan. Ken tidak suka berteman dengan laki-laki. Katanya laki-laki itu kasar. Ya kalian bisa tebak sendiri seperti apa Ken. Yang jelas sangat jauh dari kata-kata MACHO.
         Pagi ini mereka bertiga dengan bersemangat mengajakku membolos. Katanya sih mau ngajak hunting cowo-cowo kece. Aku sama sekali tidak tertarik dengan hal itu, mengikuti perkuliahan hari ini terasa lebih menarik untukku. Ya apalagi alasannya selain seorang laki-laki teman satu kelasku yang sangat menarik perhatian. Hmmm.. begini ceritanya, semua dimulai dari acara kampus yang bisa dibilang disana aku bertindak sebagai pemberi kabar bagi anak-anak seangkatanku. Maklum, kami semua angkatan baru yang memang harus mengikuti banyak acara yang diadakan senior-senior kami. Awalnya, aku sama sekali tidak tertarik dengan laki-laki yang satu ini. Dia tidak tampan, juga tidak begitu pintar. Tapi ada satu hal yang menarik perhatianku, di kampus dia terlihat seperti anak laki-laki pada umumnya. Yang sangat senang bercanda dan berteriak-teriak dikelas. Benar-benar seperti anak laki-laki yang baru lulus SMU. Tetapi, sesaat ketika aku menghubunginya untuk mengabarkan tentang acara kampus, dia terlihat sangat dewasa. Dari kata-katanya dan segala hal yang dia bahas. Dia membuatku ingin tahu banyak hal. Sejak itulah aku tertarik dengannya. Laki-laki dengan segala kepribadian mengejutkannya, bernama Jeff.


 ------++++++------     

Selamat tinggal
Di titik aku bisa melupakanmu
Mimpi dan hal indah lainnya
Tidak ada

Meskipun kunyalakan
Cahaya indah seperti apapun itu
Aku selalu terhenti
Di depan cermin

Aku tidak memiliki kepercayaan diri
Setiap orang pun pasti merasakan hal yang sama ..


          Satu bulan sudah, aku berusaha untuk mendekati laki-laki itu. Terkadang aku berpikir, dia hanyalah laki-laki khayalan yang sama sekali tidak dapat ku raih. Seperti itulah keadaannya kini. Aku terus mengamatinya, memandangnya selama satu bulan, terasa menyesakkan. Ketika aku mengetahui dia masih memiliki seseorang dihatinya. Widya, itulah nama gadis pujaan hatinya. Selama 1 tahun mereka merajut kasih, tetapi harus berakhir dikarenakan Widya yang sama sekali tidak dapat mengerti kesibukan yang dijalaninya.  
          "Maaf.. aku sama sekali gak bisa nerima kamu.. hmm.. jujur, aku memiliki perasaan yang lebih.. aku seneng kamu ada rasa sama aku, karena buat aku, kamu adalah wanita idaman.. tapi, aku bener-bener gak bisa pacaran sekarang-sekarang.. aku masih butuh waktu untuk menjalin hubungan lagi.. karena kesibukan ku, aku kerja dan aku gak punya cukup waktu untuk memikirkan pasangan..", itulah jawaban yang diberikan Jeff. Entah saat itu aku begitu bodoh atau polos. Aku sama sekali tidak merasa sakit hati dengan kata-katanya. Yang ada dibenakku saat itu adalah, "aku tidak boleh berhenti berjuang, belum bisa bukan berarti tidak bisa".
         Di bulan berikutnya, acara kampus pun diadakan. Kami semua anak-anak Universitas I pergi ke sebuah gunung di daerah Bogor untuk melaksanakan acara tahunan fakultas kami. Bisa dibilang semacam ospek tetapi tidak ada penggencatan dari senior-senior. Semuanya berjalan damai dan dosen-dosen pun turut serta. Disana aku banyak menghabiskan waktuku untuk fokus memperhatikan laki-laki itu. Ya laki-laki itu, yang selalu saja mencuri perhatian. Dia begitu akrab dengan anak-anak jurusan lain bahkan senior-senior di Universitas ku. Senyum nya selalu saja membuatku tidak fokus memperhatikan pembinaku membacakan tugas-tugas kelompok kami. Perhatianku padanya berlanjut sampai kami kembali ke kampus dan berakhirnya acara itu. "Jasmine, ini minum", kata Jeff sembari memberikan mineral water uc1000. Itu adalah salah satu minuman favourite nya. Dikala lelah, Jeff selalu meminum minuman itu untuk menjaga kondisi badannya. Aku pun menerima dan meminumnya. Hanya sebentar kami berbicara, aku pun harus segera kembali kerumah dikarenakan malam yang semakin larut. Aku hanya dapat menghela nafas, melihat Jeff semakin jauh dari pandanganku.

------++++++------           

Sampai kapan pun
Tanpa melupakan dirimu
Aku mencari kelanjutan mimpi ini

Hal yang menakutkan
Tak akan menghilang
Aku pun telah mengerti
Kamu tidak bisa menundukkan kepalamu kan?

   
          Jeff merespon perasaan ku?? Dia menerimaku??, kata-kata itu terus terbayang-bayang dibenakku. Jeff bersedia menjadi pacarku. Dia ingin mencoba menjalaninya bersamaku. Saat itu, sama sekali tidak terpikirkan bahwa aku hanya menjadi pelarian. Aku begitu bahagia, baru kali ini aku merasa sangat bersemangat dalam hidupku. Tetapi, semuanya tidak bertahan lama. Setelah mengalami penolakan yang sudah 4 kali terhitung sejak bulan lalu, kini aku harus mengakhiri semuanya. Jeff tidak bisa menerimaku apa adanya. Dia terus membandingkan aku dengan Widya. Si gadis feminin berambut panjang, pujaan hatinya. "Dia hanya menjadikan ku pelarian", membuatku memutuskan untuk mengakhirinya. Aku berusaha melupakan Jeff sejak saat itu. Sulit, sangat sulit. Butuh waktu 1 tahun untuk memulihkan kondisiku. Aku.. tidak akan menunggu lagi. Lupakan..
          Aku menatap matahari senja dengan heningnya. Ya, ini sudah 1 tahun. Aku sama sekali tidak dapat melupakan Jeff. Bagaimana bisa aku lupa?? setiap hari dia ada disekitarku. Kampus yang sama, jurusan sama, bahkan kelas yang sama. Jeff kembali dengan gadis itu. Widya, dia yang selalu kuingat namanya. Hancur sudah perasaan ku. Tanpa kusadari, aku menjadi sangat membenci Jeff. "Lihat, lihatlah apa yang kau lakukan". Sedikit pun aku tidak bisa melupakannya. Mana mungkin aku bisa melupakan senyum itu??. Jeff hanyalah khayalan yang tidak akan bisa aku miliki. Aku tidak akan bisa menyamai Widya. Gadis feminin dengan rambut panjang indahnya. Biarlah saat ini aku pergi, dengan senyumannya yang tetap terlihat dimataku.

Tema : YOU
Kata Kunci : Perasaan, menunggu, lihat, senyum, senja

For Project #MelodiHijauOranye @YUI17Melodies