Tuesday, February 5, 2013

Secret


Aku siap

Aku tidak takut apa-apa
Aku tidak tahu apa-apa
Aku mengambil langkah
dan berlari

Aku tidak ingin berakhir seperti ini
Jadi aku melakukannya


     Apa yang akan kau lakukan? Jika kau menjadi aku. Seorang anak yang sangat penakut dan selalu melihat kabut tebal dalam mimpi-mimpinya. Semua ini terjadi sejak ibuku meninggal, diusiaku yang genap berusia 15 tahun. Setiap saat aku selalu bermimpi hal-hal aneh yang membuatku hidup dalam ketakutan. Seperti teror yang terus menerus terjadi dan menyebabkan trauma tersendiri. Aku berusaha untuk tidak ketakutan lagi tahun ini. Diusiaku yang ke 17 tahun. Aku akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku. Pasti, Aku tidak takut apa-apa. Harus seperti itu caraku meyakinkan diri sejak aku menemukan fakta bahwa aku tidak tinggal seorang diri.

     Aku Ryan, tahun ini usiaku genap 17 tahun. Aku tinggal seorang diri, awalnya. Sejak ibuku meninggal, setiap hari aku bermimpi buruk. Semua mimpiku tentang ibu, tetapi berbagai hal aneh terjadi dimimpiku soal kematian ibu. Dari mulai kasus pembunuhan mengerikan yang terencana sempurna sampai kejadian-kejadian magis yang mengambil alih kematian ibu. Semuanya bermunculan secara rutin setiap hari dengan menakutkan. Sedangkan kenyataannya adalah ibu meninggal dikarenakan penyakit kanker yang sudah lama dideritanya.
     Suatu hari aku mengalami kejadian yang sangat aneh. Tepat diusiaku yang ke 17 ini. Aku mendengar suara-suara aneh dari kamar ibuku. Seperti suara memanggil yang terdengar seperti berbisik. Aku menghampiri arah suara-suara itu dan memasuki kamar ibuku. Semuanya masih sama seperti terakhir kali ibuku berada disini. Aku sama sekali tidak ingin memasuki kamar ini lagi dikarenakan kenangan yang sangat buruk ketika ibu meninggal. Aku mencari arah suara diikuti perasaan takut yang begitu besar. Sampailah aku pada sebuah cermin besar yang terletak disebelah lemari pakaian ibuku. Tiba-tiba suara itu menghilang, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya dapat terdiam, melihat bayanganku dicermin dan menyadari satu hal. "Bekas luka apa ini?", tanyaku dalam hati. Aku melihat bekas luka yang cukup nyata di sebelah kanan leherku. Mencoba merasakan dan menyadari bahwa luka itu cukup dalam dan besar. Tetapi apa yang terjadi? Aku segera meninggalkan kamar ibu dan tiba-tiba merasakan ketakutan yang teramat dalam. Aku tidak ingat dengan luka ini? Apa yang sebenarnya terjadi padaku?

-----+++++-----

     Hari ini, aku terbangun dengan mimpi yang serupa. Benar-benar serupa dengan mimpi biasa yang kualami jadi aku tidak begitu merasa ketakutan. Seperti biasanya, aku memulai hari-hariku dengan membuat sereal rasa coklat dan memakannya sambil menonton berita pagi ditelevisi. Tetapi pagi ini, aku kedatangan seorang tamu wanita paruh baya yang membuatku sangat curiga. Aku membukakan gerbang rumahku untuknya dan bertanya dengan lantang, "Ingin bertemu dengan siapa ya?". "Hmm.. Saya ingin bertemu dengan anda, Ryan", kata wanita itu sambil tersenyum. 
     Baru kali ini aku membiarkan orang lain masuk kedalam rumah. Biasanya aku tidak akan membukakan pintu untuk siapapun yang datang selain dokter terapiku. Aku begitu penasaran dengan wanita paruh baya ini. Dia membawa sebuah tas tangan cukup besar yang kelihatannya cukup mahal. "Apa maksud dan tujuan anda ingin menemui saya?", kataku setelah mempersilahkan wanita tersebut duduk. 
     "Sebelumnya perkenalkan nama saya Catherine Anne, saya adalah pengacara pribadi ibu anda, nyonya Maria Cessa. Saya datang hari ini untuk mengatakan kebenaran soal kematian ibu anda tepat diusia anda yang sudah beranjak 17 tahun sesuai permintaan dokter terapi anda". Aku terdiam dan hanya dapat menatap pandangan tajam wanita itu. Kini segala prasangka anehku beberapa hari ini terjawab sudah.

Aku ingin jawaban
Jadi aku mulai mengajukan pertanyaan
     Bagian lagu itu terus berputar-putar dipikiranku. Aku harus menanyakannya, pertanyaan yang selalu kutanyakan pada dokter terapiku tetapi tidak mendapatkan jawaban apapun. Aku berhenti untuk menanyakannya 2 tahun yang lalu dan memutuskan untuk berdiam diri. Lewat lagu itu, lagu YUI, penyanyi Jepang kesukaanku, aku dapat menahan keingintahuanku dan dapat bergerak maju melakukan semua kegiatan disekolahku tanpa terganggu oleh mimpi-mimpi buruk itu. Tetapi sekarang semua rasa penasaran dan ketakutan itu kembali datang dan menghantuiku, bersamaan dengan kedatangan wanita ini.
     "Ibumu meninggal karena dibunuh. Ini catatan tentang pembunuhannya", kata wanita itu sambil menyerahkan kertas-kertas yang dia keluarkan dari sebuah map besar. "Kami semua merahasiakan ini darimu karena saat itu kau mengalami trauma yang sangat besar. Kau sempat terkena goresan luka yang cukup dalam pada lehermu. Kau pun ikut terkena serangan dari orang yang membunuh ibumu. Dampak dari serangan hari itu, adalah hilangnya sebagian ingatanmu dan trauma yang kau alami setiap hari lewat mimpi-mimpi buruk tentang ibumu", kata wanita itu menjelaskan sambil memberikan satu lembar kertas lagi padaku.
     Aku membaca perlahan kertas yang diberikan wanita itu. Berisi catatan tentang penyakit saraf yang kualami beserta dengan penyebab-penyebabnya. "Seperti dapat kau lihat, kau mengalami gangguan pada saraf yang di sebut neuritis. Itu adalah gangguan pada saraf dikarenakan adanya peradangan, paparan bahan kimia beracun ataupun trauma fisik. Semuanya itu membuatmu membayangkan hal-hal yang berupa halusinasi pada mimpi-mimpimu. Ini adalah foto pelaku yang membunuh ibumu, apakah kau mengenalinya? Karena sampai detik ini, pelaku belum juga ditemukan", kata wanita itu sambil menyerahkan selembar foto. Aku terkejut melihat foto itu. Aku segera berlari ke lantai atas kamarku dan mengambil kamera dilaci sebelah tempat tidurku. "Sepertinya aku pernah melihat wajah ini", kataku dalam hati. Aku mencari disetiap foto yang ada dikameraku tetapi tidak kutemukan. Aku berusaha mengingat dimana aku melihat foto itu. "Kamar ibuku", aku baru mengingatnya setelah kemarin aku memasuki kamar itu. Aku segera berlari kekamar ibuku dan melihat laki-laki dalam foto itu disebuah foto dikamar ibu. Difoto itu terdapat wajah ibuku dan aku berfoto bersama laki-laki itu. Aku kembali ke ruang tamu untuk bertemu dengan wanita paruh baya itu, "Sepertinya.. Laki-laki ini ayahku".

-----+++++-----
     Wanita paruh baya itu berjanji padaku, akan mencari tahu apakah laki-laki itu benar-benar ayahku atau bukan. Sudah 3 hari sejak kepergian wanita itu. Aku sama sekali tidak sabar menunggunya. Dengan seluruh rasa penasaranku, aku memasuki kamar ibu. Aku berusaha mencari bukti-bukti soal kejadian hari itu. Mungkin saja ibuku menyimpan sesuatu. Aku mencari dari laci sebelah tempat tidur ibu. Aku tidak menemukan benda berharga disana. Hanya sebuah album foto yang sudah cukup usang. Disana aku akhirnya mengetahui bahwa laki-laki itu adalah ayahku. Terlihat dari foto-foto disana, terdapat fotoku ketika masih bayi didalamnya bersama laki-laki itu. Aku berusaha mencari bukti-bukti lainnya dikamar itu. Aku duduk dikasur ibu dan merebahkan kepalaku dibantal ibu seraya mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi. Aku merasakan ada sesuatu dibawah bantal ibu, aku mengangkat kepalaku dan memastikannya. Aku menemukan sebuah kamera yang serupa dengan yang ada dikamarku. Aku berusaha menyalakannya tetapi tidak berhasil. Aku segera memastikan apakah kamera itu rusak atau hanya kehabisan baterai. Ternyata hanya sekedar kehabisan baterai. Aku segera mengambil kamera yang ada dikamarku dan menukar baterainya dengan kamera dikamar ibu. Ketika kunyalakan, betapa terkejutnya aku. Ada sebuah foto yang berwarna merah seperti darah dan sebuah leher yang terpotong. Aku sangat ketakutan melihat foto itu dan mengganti foto dengan menekan tanda panah selanjutnya pada kamera. Aku terdiam, tanganku merinding, kamera itu pun terjatuh dari tanganku. 
    "Ting tong", suara bel rumahku pun berbunyi. Aku segera berlari meninggalkan kamera itu menuju pagar rumahku. Ternyata yang datang adalah wanita paruh baya itu. Aku tidak membiarkan wanita itu bicara dan segera menariknya menuju kamar ibuku. Kutunjukan foto dalam kamera itu dan wanita itu begitu terkejut. "Itu.. laki-laki yang kau cari sebagai pembunuh ibuku.. Dia.. sudah tiada", kataku dengan suara yang bergetar. Foto itu adalah foto laki-laki yang dicurigai sebagai ayahku, dengan leher yang terpotong, seperti adegan dalam film-film pembunuhan, tetapi siapa yang melakukan semua ini? Mengapa bukti foto itu ada dikamera ibuku?



Aku melintasi kota lewat jalan raya
Dan melihat cahaya
Cahaya itu membuat sedikit nyeri di dalam dadaku
dan menghilang
Jadi aku tidak bisa mengambil alih itu
Itulah yang kurasakan

     Aku dipindahkan sementara waktu, ke kota terdekat dari kotaku semula. Dengan maksud agar aku dapat melupakan sejenak kejadian hari itu dan pihak berwajib dapat melakukan penyidikan lebih lanjut dirumahku. Sudah 3 minggu sejak penyidikan dilakukan, mimpi buruk tetap saja menghantuiku. Kali ini mimpi yang sama terus mendatangiku. Mimpi kali ini terasa begitu nyata seperti aku berada disana. Aku melihat saat ayahku dibunuh. Ya laki-laki dalam foto itu memang ayahku. Dan Kejadian saat ayahku dikubur disebuah taman yang luas, seperti taman dibelakang rumahku. Aku terus ketakutan sejak mimpi itu.

     Hari ini wanita itu datang, wanita paruh baya yang memberikan banyak informasi padaku. Dia datang dengan wajah yang sangat tegang, seperti memberikan informasi buruk padaku. "hmm.. Ryan? Apakah kau baik-baik saja beberapa minggu ini? Apakah kau dapat mengingat sesuatu yang penting?", kata wanita itu dengan terburu-buru. "Hmm.. aku hanya bermimpi buruk seperti biasa, tetapi kali ini terasa nyata", kataku. Aku menceritakan semua  yang kualami di mimpi dengan perlahan. Wanita itu hanya terdiam dan memberikan sebuah kamera padaku. "Ini adalah foto-foto hasil investigasi kami di rumahmu. Dihalaman belakang rumahmu, seperti yang kau ceritakan tadi, ayahmu dikubur disana. Dan foto-foto yang kami temukan dikamera ibumu adalah foto-foto yang diambil pelakunya saat membunuh ayahmu. Menurut penyidikan pihak kepolisian ditemukan sidik jarimu dikamera itu. Bukan sidik jari yang baru ketika kau menemukan kamera itu tetapi sidik jari yang sudah lama dan ada noda darah yang melekat pada sidik jarimu ini. Lalu.. kami menemukan foto ini", kata wanita itu sambil menunjukkan sebuah foto padaku. "Ini.. aku!", kataku semakin terkejut. Disana, terlihat aku berfoto bersama jasad ayahku dengan kepala terpotong. Bahkan aku mengangkat kepalanya!
                  
Ryan ditangkap dan direhabilitasi atas kasus pembunuhan ayah dan ibunya. Ryan membunuh ayahnya dikarenakan gangguan kejiwaan yang dialaminya. Ryan memiliki kepribadian ganda dalam dirinya. Saat tertekan oleh masalah disekitarnya, dia akan berubah menjadi pribadi yang berbeda. Ryan membunuh ayahnya ketika Ryan melihat sang ayah sedang mabuk-mabukan dan memukul ibunya dengan brutal. Kamera yang ditemukan dikamar ibunya adalah kamera yang ditemukan ibunya sebagai bukti atas semua perbuatan Ryan diluar kesadarannya. Karena ketakutannya yang begitu besar setelah sang ibu memergoki foto-foto didalam kameranya, Ryan membunuh sang ibu. Tentu saja ketika kepribadian jahatnya kembali muncul. Setelah kejadian itu, Ryan kehilangan ingatannya dan gangguan kejiwaannya itu berlanjut didalam mimpi-mimpinya. Ketika perasaan bersalahnya jauh lebih besar atas terbunuhnya ayah dan ibunya. Ryan memutuskan untuk bunuh diri, didalam ruang rehabilitasinya, dengan gantung diri.


Tema : I do it
Kata Kunci : Kamera, kota, kabut, darah, teror

For project #MelodiHijauOranye @YUI17Melodies

3 comments:

  1. Whoa kereeeeen!!!! Akhirnya ada hiburan (?) ^^

    ReplyDelete
  2. HAHAHA.. *baru baca* ngggg.. kyk lagi khilaf nulis cerita begini feb.. .-.

    ReplyDelete