Thursday, January 31, 2013

Tomorrow's Way

Aku ingin menjalani hidup yang sesungguhnya
Aku hanya ingin menjalani hidup yang sesungguhnya
Seperti bocah saat itu


          Life, 4 huruf yang singkat dengan banyak makna terkandung didalamnya. Sering kali, kita hanyut dalam permainan hidup yang tidak jelas dimana kita akan berpijak. Hanya kenangan masa kecil lah yang dapat selalu menjadi moment terbaik. Dikala kita masih sangat polos menghadapi kenyataan. Semua seperti permainan masa kecil yang sederhana dan terlepas dari segala kemunafikan. Tanpa berpikir apa yang akan terjadi esok hari dan dimasa yang akan datang.
         Aku Mia, usiaku kini menginjak 25 tahun. Apa yang seharusnya orang-orang dapatkan diusia 25 tahun, sama sekali tidak terjadi dalam hidupku. Kepercayaan diri yang kumiliki sejak kecil hilang begitu saja bersama kehidupan menakutkan yang harus aku jalani. Aku merasa asing, ya asing. Hidup seorang diri di negara yang sama sekali tidak aku ketahui aslinya. Mungkin karena terlalu banyak kebohongan yang menghampiri, membuatku takut untuk berjalan bahkan diatas kakiku sendiri.


Kanaeru tame umarete kita no
Osanaki hibi ni egaita uchuu
I'm a baby nakitaku mo naru
Te ni ireru tame no
Itami nara so good


         Aku tertegun mendengar bait demi bait lagu itu dinyanyikan. Sebuah lagu berbahasa jepang yang dinyanyikan dengan lembut oleh seorang mahasiswi jurusan musik di Universitas terbaik di kota ini. Aku berdiri di sebuah taman besar tengah kota London. Ya disinilah aku sekarang. Menemani temanku yang memiliki banyak peluang dan bakat. Sedangkan aku, hanya dapat tertegun melihat semua kesuksesan yang diraihnya. Suara yang indah, wajah yang cantik, selalu tersenyum sepanjang waktu. Itulah ia, Rina, teman pertamaku ketika aku datang ke kota ini. Rina sangat menyukai YUI, salah satu penyanyi jepang yang menjadi idolanya sejak dulu. Aku bertemu dengan Rina di sebuah cafe tempat aku bekerja. Disana, Rina juga menjadi waitress. Siapa yang menyangka, Rina adalah salah satu mahasiswi jurusan musik. 
         "Mia! hush.. kok melamun sih??", kata Rina sembari duduk disebelahku. "Enggak kok Rin, aku cuman berpikir sejenak soal lagu yang kamu nyanyikan tadi itu loh, judulnya apa ya??", kataku berbohong, berusaha meyakinkan Rina bahwa aku baik-baik saja. "Oh itu, Tomorrow's Way.. itu semacam lagu perjuangan gitu deh buat aku.. hehe..", kata Rina sambil tertawa kecil. "Perjuangan? memangnya apa lagi yang harus di perjuangkan sementara menurutku kehidupanmu begitu mudah.. banyak hal yang dengan mudahnya dapat kau raih.. hmmm..", aku langsung menutup mulutku. Apa yang baru saja kukatakan, pikirku dalam hati. Aku melanjutkan berkata-kata dengan malu, "Maafkan aku, Rina". Rina hanya tersenyum, enggan melanjutkannya. Rina pun mengajakku untuk meninggalkan taman itu dan segera menuju ke kosan kami.
         "Apa kau sudah merasa lebih baik??", kata Rina sambil memberikan secangkir teh hijau kepadaku. "Hmm.. iya.. aku sudah merasa lebih baik", kataku sambil bertanya-tanya mengapa Rina menanyakan hal itu. Rina mengambil gitar akustik berwarna pink, salah satu koleksi kebanggaannya dan memulai untuk bernyanyi. Lagu yang dia nyanyikan adalah lagu Tomorrow's Way yang tadi dia katakan padaku. Aku tidak mengerti arti dari lagu yang Rina nyanyikan tetapi entah apa yang terjadi air mataku mulai terjatuh perlahan. Mungkin karena Rina menyanyikannya dengan suara yang sangat lembut. Jauh lebih lembut dibandingkan ketika dia bernyanyi di taman tadi.


Aku tidak ingin tersandung karena kata-kata seseorang
Aku tidak ingin disesatkan

Besok, juga, tentunya akan bersinar
Tidak masalah jika aku tidak bisa kembali ke masa kecilku
Aku takut pada jalan esok hidupku
Tapi aku berdiri di jalan di mana aku tidak bisa kembali

Aku dilahirkan untuk hidup sesuai
Dunia yang kubayangkan ketika kecil
Aku seorang bayi, aku ingin menangis
Penderitaan yang dibutuhkan untuk mendapatkannya
sangat nikmat


          "Itu adalah arti dari lagu yang aku nyanyikan tadi", kata Rina sembari memberikan buku harian kecil berwarna coklat kelabu. Rina melamun, seketika wajahnya menjadi sangat serius. "Aku, sedikit pun tidak merasakan kebahagiaan, tepat sebelum aku melihat ibuku menangis. Tahun lalu, aku memutuskan untuk hidup seorang diri di London. Berbekal beasiswa dan surat-surat singkat dari ibuku yang sangat tinggi hati. Benar, kau benar. Hidupku sangat sempurna, tetapi tidak sedikit pun aku merasakan kebahagiaan. Aku pergi kesini untuk lepas dari semua ini. Tapi, apa yang kudapat? Aku semakin merasakan kesepian yang teramat dalam. Aku begitu keras kepala, merasa diriku yang paling benar, dan selalu menyalahkan orang-orang disekitarku. Tepat 5 bulan yang lalu ibuku datang kesini. Membawakan sebuah gitar berwarna pink, warna kesukaanku. Memberikan ku nasehat yang tidak pernah sekali pun ia berikan. Seketika membuatku tersadar, ibu memperhatikanku dari hal terkecil sekalipun".

Hidup bukan untuk disesali, kita harus menerima keadaan yang terjadi walaupun itu yang terburuk sekali pun. Ibu tahu ibu terlihat begitu angkuh di matamu, tetapi semua itu bukti rasa syukur ibu. Ibu tidak pernah mengekangmu, ibu hanya ingin kamu belajar mandiri dari semua fasilitas yang sudah ibu dan ayah berikan. Jangan pernah merasa kesepian dan menutup diri dari segala kemungkinan yang ada. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari dan yang akan datang. Hiduplah dengan kuat.
 
          "Kata-kata itulah yang membuatku akhirnya serius menjalani kuliahku. Lagu itu adalah lagu yang selalu aku nyanyikan untuk diriku sendiri. Menyanyikan lagu itu membuatku teringat pada kata-kata ibuku. Itu membuatku berusaha untuk selalu berjuang dengan caraku sendiri. Aku berusaha untuk bersyukur dengan kehidupan yang aku jalani saat ini dan membuka peluangku sendiri", Kata Rina sambil tersenyum.
          Kali ini aku benar-benar tersadar, kita tidak dapat melihat seseorang itu berbahagia atau tidak hanya dari apa yang kita lihat dengan mata kita. Bersyukur, ya kata-kata itulah yang harus aku pegang mulai detik ini. Aku tidak boleh lagi melarikan diri dan bersikap seolah-olah aku adalah orang yang paling menderita, melewatkan setiap kebahagiaan yang sebenarnya menunggu untuk aku sadari keberadaannya. Rina, adalah sosok nyata dari kepedulian Tuhan kepadaku. Aku merasa asing berada di negara ini tanpa menyadari betapa beruntungnya aku dapat kesempatan bekerja disini dengan latar keluarga yang sampai detik ini, aku pun tidak tahu siapa orangtua ku.
          Aku Mia, dibesarkan di panti asuhan sederhana, kini mendapatkan kesempatan bekerja di London dan berhasil lulus di Universitas terbaik di Jakarta dengan beasiswa. Apakah itu tidak hebat? apalagi nikmat yang diberikannya yang tidak ku syukuri? Mengapa masih merasa kesepian dan tidak bahagia?. Bukankah ini arah yang hebat yang diberikan padaku dengan mempertemukanku dengan Rina? Arah yang indah bukan?


Tema : Tomorrow's Way
Kata Kunci : Esok, asing, masa kecil, perjuangan, takut

For Project #MelodiHijauOranye @YUI17Melodies

No comments:

Post a Comment