Tuesday, October 30, 2012

Stasiun Terkutuk

Kata kunci : Senter, bulu kuduk, jejak, malam, darah, purnama, putih.

Setting tempat : Stasiun kereta.

Rin tercengang, melihat pemandangan sekitarnya berubah drastis. Tempat dimana sebelumnya ia tidur bukanlah lagi dikamarnya. Rin bertanya-tanya, "dimana aku?". Mencoba bangun dari atas kasurnya. "Sungguh aneh", berkata dalam hati. Rin berjalan menghampiri pintu yang berbentuk sangat mengerikan. Seperti terbuat dari kayu yang telah lama usang dan jarang sekali dibuka. Gagangnya pun sangat berkarat dan begitu besar, sepertinya akan sangat sulit dibuka. Rin berusaha sekuat tenaga untuk membuka pintu itu. Tiga kali Rin mencoba menariknya sampai pintu itu berhasil dibuka.

Terkejutnya Rin ketika ia melihat betapa gelapnya pemandangan diluar pintu tersebut. Sedikitpun Rin tidak dapat melihat dengan baik. Hanya berupa bayang-bayang samar benda-benda yang tidak jelas dari kejauhan. Rin melihat kembali kedalam ruangan tempat ia terbangun tadi. Berharap terdapat sebuah penerangan yang mudah dibawa olehnya keluar sana. Rin menemukan sebuah senter yang telah usang. "Sungguh aneh", pikirnya. Ditempat yang begitu tua seperti ini, dengan interior ruangan yang sangat klasik, Rin menemukan senter yang berbentuk cukup modern. Rin menyalakan senter tersebut yang ternyata masih berfungsi dengan baik. Diarahkannya senter tersebut pada pemandangan diluar kamar. Terlihat lorong yang begitu jauh dan semakin gelap diujungnya.

Rin terengah-engah menyusuri lorong yang tiada akhir itu. Entah apa yang sebenarnya terjadi dengannya hari ini. Jika memang mimpi, mengapa ia tidak terbangun ketika ketakutan semakin menjalarinya. Semakin lama berjalan, Rin semakin merasakan adanya suara-suara aneh mengikutinya. Samar dan halus, seperti suara wanita. Membuat bulu kuduk Rin semakin meremang. Rin enggan untuk menolehkan kepalanya karena ia tahu pasti ada yang tidak baik menantinya untuk menolehkan kepala. Seolah-olah ada yang memanggilnya dari kejauhan,"lihatlah kemari.. lihatlah".

Rin menghentikan langkahnya tiba-tiba. Dilihatnya sebuah jejak kaki yang terlihat sangat besar. Tetapi sangat ramping, tidak terlihat seperti jejak kaki seorang laki-laki. Rin mengikuti arah jejak kaki tersebut dengan sangat hati-hati, enggan menginjaknya. Rin berhenti, dilihatnya jejak kaki tersebut ditutupi oleh sepasang kaki yang serupa. Rin menaikkan pandangannya perlahan, dengan ketakutan yang semakin menggerogoti. Kaki itu terlihat sangat putih, bersih, seolah membuat malam menjadi terang terselimutkan purnama.

"Tidak!!!", Rin berteriak dengan kencang sambil berlari. Dilihatnya seorang wanita dengan badan kurus tinggi, wajah putih, berkeriput dan darah mengalir dari matanya. Sedang tersenyum sambil berkata,"kenapa tidak menoleh?? lihatlah... saya..", katanya dengan suara serak menyayat. Rin tidak memikirkan lagi kemana arah ia berlari seperti sebelumnya.

Rin menerobos sebuah pintu besar yang terlihat serupa seperti sebelumnya tetapi kini berwarna putih dengan bercak darah dikeseluruhannya. Rin enggan untuk memikirkan tentang motif tersebut. Ia hanya terus berlari sampai ditemukannya sebuah stasiun kereta yang kosong dan begitu kotor. Stasiun kereta yang sudah lama ditinggalkan dan banyak sekali bangkai-bangkai kereta disetiap relnya. Rin berhenti, melihat-lihat sekitar. Seperti tidak asing bagi Rin stasiun kereta ini.

"Rin, apa kau lupa?? Tahun lalu kau tinggalkan aku distasiun ini.. stasiun berhantu katamu.. untuk uji coba rasa penasaranmu..", terdengar suara samar perlahan menghampiri. Membuat bulu kuduk Rin kembali meremang.
"Kau.. siapa?", kata Rin terbata-bata.

"Aku.. Lina.. temanmu yang kau jadikan budak sejak kecil.. kau yang selalu memaksaku mengikuti maumu.. kau tau Rin.....", suara itu semakin mendekat. Berdiri tepat disamping Rin, perempuan yang tadi muncul dilorong dan menakuti Rin.

"Tahun lalu kau tinggalkan aku disini sambil tertawa riang.. apa kau tahu disini tempat pemujaan?? stasiun kereta ini adalah tempat anak-anak perempuan dikorbankan untuk pemujaan.. itu cara aku mati.. kini.. akan menjadi giliranmu Rin.. giliranmu..", hantu perempuan itu menghampiri Rin sambil tersenyum menakutkan.

Darah banyak keluar dari sekujur tubuhnya. Membuat Rin ketakutan dan menangis. "Maafkan aku..", kata Rin dengan halus sambil terisak. Lina hanya tertawa, menarik Rin ke rel kereta dan tiba-tiba saja kereta yang sudah menjadi bangkai itu berjalan dan melindas Rin. Kini teriakan meminta ampun Rin menggantikan tugas Lina. Mencari korban untuk menggantikan tempatnya di stasiun kereta terkutuk itu.


For project #FFHalloween @YUI17Melodies

2 comments:

  1. owo

    Merinding bacanyaaa~
    untung ini bukan malem.. jadi ga begitu takut.. :3

    ReplyDelete